đŚ Makassar Dengan Cepat Tampil Sebagai Salah Satu Pusat Perdagangan
Makassarsebagai pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini merupakan ancaman bagi Belanda sehingga sering terjadi pertempuran dan perampokan terhadap armada Belanda. Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan Aru Palaka, raja Bone. Belanda berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari Timur itu menyepakati
TAMPILsebagai salah satu calon walikota Makassar 2020-2025, Doktor Sukriansyah S Latief, atau yang dikenal dengan tagline UQMO ingin memberi sesuatu yang berbeda. UQ merupakan putra asli Makassar,
Kepada Yth Bapak/Ibu Personalia PT.Bekaert Indonesia Di Tempat Dengan Hormat, Saya telah melihat bahwa PT.Bekaert Indonesia perkembangannya sangat pesat,saya juga telah mendengar perusahaan tersebut mempunyai reputasi yang baik,sehubungan dengan adanya informasi lowongan pekerjaan,saya ingin bergabung sebagai karyawan di perusahaan yang
Selainfungsi asli, uang juga mempunyai fungsi turunan sebagai berikut. 1). Uang Sebagai Penunjuk Harga. Harga suatu barang atau jasa selalu dinyatakan dengan jumlah satuan uang. Contohnya harga sebuah buku Rp20.000,00; harga memotong rambut di salon Rp15.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa uang sebagai penunjuk harga barang atau jasa.
Membacaisyarat (Termasuk membaca situasi dan perasaan) Didalam manusia membaca, ada 3 (Tiga) bentuk bacaan, yaitu, 1. Kitab. 2. Alam semesta, beserta isinya, 3. Manusia. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa, salah satu jalan bagi manusia untuk mencerdaskan dirinya, adalah dengan cara banyak membaca buku.
Sebagainegara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia sekaligus pemilik masjid tersebsar se-Asia Tenggara (Masjid Istiqlal), Indonesia sudah sepantasnya menjadi salah satu destinasi wisata terbaik muslim. 9 wilayah tujuan syariah di Indonesia yaitu Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Makassar dan Lombok.
Danuntuk harganya sendiri sangat terjangkau untuk berbagai Negara. Landing Platform Dock . Suatu Landing Platform Dock atau yang biasa dikenal dengan nama Amphibious (LPD) merupakan salah satu jenis kapal perang tipe amfibi yang mampu membawa, meluncurkan serta mendaratkan eleman kekuatan di darat guna misi peperangan gerak cepat.
Terlebihlagi dengan terbukanya Terusan Suez tahun 1869, kedudukan Aceh makin bertambah penting, baik ditinjau dari strategi perang maupun dari dunia perdagangan yang dekat dengan Selat Malaka. Oleh karena itu, baik Inggris maupun Belanda takut kalau-kalau Aceh diduduki oleh salah satu bangsa barat lainnya.
Padamasa perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa. Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai, Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng.
Bagaimanamenciptakan ciri khas kawasan Somba Opu sebagai salah satu pusat perdagangan kota Makassar berupa pola dan bentuk agar memiliki identitas yang jelas 2. Bagaimana menciptakan kawasan Somba Opu menjadi kawasan perdagangan yang representatif ditinjau terhadap: - iklim - sirkulasi - prasarana 3.
Dengandemikian sebagai kawasan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat Cina yang masih taat melaksanakan budaya dan tradisi dari negeri leluhurnya, sampai saat ini Pecinan tampil dengan wajah yang penuh nuansa budaya spesifik Cina yang kental dan layak diangkat sebagai salah satu identitas kota Semarang.
Terkiniid, Makassar-Mencermati kota Makassar yang merupakan kota metropolitan terbesar di Kawasan Indonesia Timur, bisa maju kalau wilayah itu menjadi daerah perdagangan dan daerah jasa. Demikian pandangan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat silaturahmi dengan jajaran pemerintah kota Madya Makassar di Rumah Jabatan Walikota Makassar,
wnU3ZF. ArticlePDF Available AbstractPenelitian ini bertujuan untuk melihat keterlibatan Kerajaan Gowa-Tallo dalam lintas perdagangan maritim sebagai pelabuhan transito. Runtuhnya Selat Malaka mengantarkan Kerajaan Gowa-Tallo sebagai kerajaan terbesar di wilayah timur Indonesia. Penelitian ini mengunakan metode penelitian sejarah, yaitu menelusuri dokumen-dokumen dan studi pustaka. Hasil kajian menunjukkan bahwa komoditas utama kerajaan Gowa- Tallo adalah beras yang disuplai dari Maros dan Sumbawa untuk kemudian ditukarkan dengan rempah-rempah di Maluku. Sebelum mengenal sistem pembayaran dengan menggunakan uang, diterapkan sistem barter. Beras dan barang lainnya yang dibeli di pelabuhan bagian barat oleh pedagang Bugis-Makassar dijual secara barter dengan rempah-rempah. Penukaran secara barter ini didasarkan pada perbandingan kesatuan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 129BERAS SEBAGAI KOMODITI UTAMA DALAM PERDAGANGAN MARITIM DI MAKASSARRICE AS THE MAIN COMMODITY OF MARITIME TRADE IN MAKASSARSritimuryatiBalai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi SelatanJalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km. 7 Makassar, 90221Telepon 0411 885119, 883748, Faksimile 0411 865166Pos-el sritimuryati 26 Februari; Direvisi 6 April; Disetujui 31 Mei 2018ABSTRACTThis study aims to see the involvement of the Gowa-Tallo Kingdoms in maritime trade as a transit port. The collapse of the Malacca Strait led to the Gowa-Tallo Kingdom as the largest kingdom in eastern Indonesia. This research uses historical research method that explores documents and literature studies. The study results show that the main commodity of the Gowa-Tallo kingdom was rice supplied from Maros and Sumbawa to be exchanged with spices in Maluku. Before knowing the payment system by using money, it was applied the barter system. Rice and other items purchased at the western port by Bugis-Makassar traders, are sold barterly with spices. This barter exchange is based on a comparison of the unity that has been determined by both trade, rise, ini bertujuan untuk melihat keterlibatan Kerajaan Gowa-Tallo dalam lintas perdagangan maritim sebagai pelabuhan transito. Runtuhnya Selat Malaka mengantarkan Kerajaan Gowa-Tallo sebagai kerajaan terbesar di wilayah timur Indonesia. Penelitian ini mengunakan metode penelitian sejarah, yaitu menelusuri dokumen-dokumen dan studi pustaka. Hasil kajian menunjukkan bahwa komoditas utama kerajaan Gowa-Tallo adalah beras yang disuplai dari Maros dan Sumbawa untuk kemudian ditukarkan dengan rempah-rempah di Maluku. Sebelum mengenal sistem pembayaran dengan menggunakan uang, diterapkan sistem barter. Beras dan barang lainnya yang dibeli di pelabuhan bagian barat oleh pedagang Bugis-Makassar dijual secara barter dengan rempah-rempah. Penukaran secara barter ini didasarkan pada perbandingan kesatuan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak. Kata kunci Perdagangan, Beras, sebuah negara maritim dapat dilihat dari aktivitas masyarakatnya, di mana orintasi pekerjaan lebih diarahkan kepada konsep bahari. Maros sebagai salah satu Kerajaan yang ikut andil dalam arus perdagangan beras di Nusantara dengan mensuplai beras sebagai komoditi utama dari Kerajaan beras di Indonesia pada masa kolonial sulit untuk diperkirakan. Di pulau-pulau luar Jawa, produksi tidak terdaftar sistematis seperti di Jawa selama periode ini. Satu-satunya indikasi dari tingkat swasembada produksi pangan di pulau-pulau luar Jawa dapat diperoleh dari statistik perdagangan. Baik di Jawa maupun di pulau luar Jawa, beras telah menjadi tanaman pangan paling penting sejak zaman Beras adalah tanaman pangan utama di sebagian besar nusantara, kecuali Maluku, Papua Barat, dan Madura, di mana sagu merupakan tanaman utama, dan juga di Sulawesi dan Timor, di mana selain tanaman pangan padi lainnya, seperti jagung lebih utama/penting. Sulit untuk memperkirakan total produksi beras di Indonesia pada masa kolonial. Kedatangan VOC di Kerajaan Gowa terjadi pada masa pemerintahan 1Touwen,Jeroen, Extremes in the Archipelago Trade and economic development in the Outer Islands of Indonesia, 1900-1942 hlm. 216. 130Sultan Alaudin, yaitu kakek Sultan Hasanuddin. Pada saat itu, hubungan Kerajaan Gowa dengan VOC sangat baik, karena murni adanya hubungan perdagangan. Adanya persaingan antara bangsa-bangsa Eropa yaitu Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda yang ingin menguasai pasaran rempah-rempah dunia, memaksa mereka untuk mendekatkan diri pada Kerajaan Gowa. Hal ini dikarenakan Kerajaan Gowa merupakan kerajaan terkuat dan terbesar di Indonesia Timur sebagai tempat pemasaran rempah-rempah. Ini diperoleh dengan menaklukkan daerah sekitar atau kerajaan-kerajaan kecil yang umumnya berbasis agraris. Maka Kerajaan Gowa dengan leluasa meningkatkan produksi komoditi pertanian dan rempah- Dalam kesempatan ini, Belanda yang dipimpin Anthony Van Diemen bulan Juni 1637, mengajak berunding dengan Kerajaan Gowa agar bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis dan Spanyol tidak diperkenankan berdagang rempah-rempah di Somba Opu dengan alasan karena mereka merupakan saingan Kerajaan Gowa. Padahal yang terjadi justru sebaliknya, Belanda takut jikalau Portugis dan Inggris menguasai monopoli perdagangan rempah-rempah. Tujuan mereka sama yaitu untuk memonopoli rempah-rempah. Raja Gowa menolak perundingan asal semua orang asing tidak mengganggu ketertiban dan merugikan Kerajaan Gowa. Melihat hal itu, Belanda pun mulai berbuat licik dengan cara mengundang orang-orang Gowa, tetapi pada akhirnya mereka ditawan. Rakyat Gowa sendiri tidak hanya berdiam diri dengan perlakuan Belanda tersebut, tetapi banyak perlawanan-perlawanan dari rakyat pada waktu itu. Mereka membalas VOC dengan menyerang kapal-kapal VOC yang ada di Pelabuhan Somba Opu. Maka mulai terjadi ketegangan-ketegangan antara VOC dengan Kerajaan Gowa, sampai mengantarkan pada serangkaian perjanjian-perjanjian yang hasilnya lebih menguntungkan Belanda VOC. 2Usman Nukma. Makassar Pesona Dunia. Pemkot Makassar Pelita Pustaka, 2008., Hlm. VOC terhadap sistem perdagangan Asia Tenggara melahirkan sistem transportasi maritim yang strategis. Sistem ini kental dengan metode politis yaitu dengan mengadakan perjanjian dengan berbagai penguasa lokal untuk mendapatkan kesempatan dagang. Sementara metode teknologis paling signiîżkan adalah kebijakan untuk mendesain kapal yang disesuaikan dengan tujuan sehingga VOC dapat aktif sepanjang tahun tanpa terbatasi oleh musim muson.3 Metode militer juga menjadi nafas bagi perdagangan maritim Asia sebab kepemilikan kapal perang menjadi pengukur posisi kekuasaan. Sebagai contoh penguasa yang paling menonjol di Banda adalah Kerajaan Ternate yang memiliki armada kora-kora, sementara di Malaka, kaum Moors memiliki jumlah lancharas yang lebih dari cukup untuk menghancurkan armada asing. Realitas di atas mengindikasikan bahwa perdagangan di Asia, pada kemudian hari dikenal sebagai age of commerce,4 tergolong sebagai perdagangan bersenjata armed trading.5 VOC ditandai dengan volume kedatangan kapal di berbagai pelabuhan di seluruh dunia. Tercatat pada tahun 1610-1630 terdapat total 864 kunjungan di Batavia dengan volume sementara periode setelah stabilisasi yaitu tahun 1630-1650 kunjungan meningkat dari 66% menjadi dengan volume terhadap aspek tertentu membutuhkan proses yang diisi dengan berbagai kebijakan yang saling berkesinambungan. VOC tidak memutuskan untuk mempersenjatai dirinya, maka perdagangan VOC di perantauan Asia akan segera gulung tikar. Karena itu, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17, Jakarta Komunitas Bambu, 2008, hlm. 2-18. 4Anthony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 2011. 5James D. Tracey, âIntroductionâ dalam id. ed., The Political Economy of Merchant Empires State Power and World Trade 1350-1750, USA Cambridge University Press, 1991, hlm. hlm, Volume 9, No. 1, Juni 2018 129â140 131VOC menggabungkan politik, militer dan teknologi menjadi kesatuan yang sinergis untuk memperoleh tujuan ekonomi yaitu monopoli rempah di Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa strategi VOC selama dua dekade di atas terorganisir dengan efektif. Makassar dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras utama di Indonesia. Makassar ini dijadikan sebagai pusat niaga beras di Sulawesi Selatan. Adanya daya dukung agraris dan kondisi ekologis menjadikan daerah ini sebagai salah satu penghasil beras utama di Indonesia, khususnya untuk kawasan timur. Fakta historis menunjukkan bahwa, Makassar menjadi salah satu daerah pengekspor beras pada masa masa pra kolonial, VOC merupakan kongsi dagang pertama di kepulauan nusantara yang merupakan representasi dari kekuatan komersil Belanda. Pada awal kedatangannya, kawasan Asia Tenggara bukan kawasan tanpa dinamika. Penguasa-penguasa lokal mendominasi perdagangan rempah pada abad ke-18, sehingga kekuatan di luar âsistemâ tersebut tidak memiliki pilihan selain bertarung untuk mendapat kesempatan dagang. Shipping komersil menjadi kalah penting dengan ekspedisi militer dan saling menguasai. Hal ini merupakan sebuah jalan panjang sebelum VOC dikatakan sebagai pelaku monopoli perdagangan di kepulauan 7Nahdia Nur, âPerdagangan Beras di Makassar Awal Abad XXâ, Lembaran Sejarah, 51, hlm, 84. 8Lilliyana Mulya. Kebijakan Maritim di Hindia Belanda Langkah komersil pemerintah kolonial Hlm. PustakaAda lima pendekatan teori9 yang sering dipakai dalam mengkaji sejarah ekonomi Indonesia di luar Jawa10. Pertama, adalah pendekatan âekonomi kolonialâ yaitu pendekatan yang menonjolkan ekspansi ekonomi masuknya perusahaan-perusahaan Barat di kepulauan Indonesia 11 . Kedua, pendekatan âekonomi lokalâ yaitu pendekatan yang mengfokuskan bagian-bagian kecil dari kepulauaan Indonesia, misalnya kajian Thee Kian Wie di Sumatra Timur12 kajian Cristiaan Heersink di Selayar13, âBambang Purwanto di Sumatra Ketiga, adalah pendekatan yang menguji secara keseluruhan kondisi ekonomi lokal. Itu dapat dilihat kajian Van Der Kraan15, Keempat, pendekatan yang menekankan bagian integral dari ekonomi pulau-pulau di Asia Tenggara, 9Dari Lima pendekatan teori yang sering dipakai dalam mengkaji sejarah ekonomi Indonesia empat di antaranya utarakan oleh Howard Dick, dan satu toori penfdekatan Sejarah ekonomi Indonesia oleh J. T,. Lindblad. 10Howard W. Dick 1993, âIndonesian Economic History Inside Out, Review of Indonesian and Malasian Affairsâ RIMA. Vol 27. 1993 Lihat Pula Singgih Sulistiyono The Java Sea Network Patterns In The Development of Integteregional Shipping an tarade in the Process of National Economic integration in Indonesia 1870-1990. Proefschrift. Leiden Universsity 2003, hal 12. 11Lindblad, J. Thomas,â Economic Growth in the Outher Island, 19191940â, HollandNew Lihat pula 12Thee. Kian Wie, 1977. âPlantation Agriculture and Esport Growth An Economic History of East Sumatra, 1863-1942â .1977. Jakarta LEKNAS-LIPI13Heersink, , îe Green Gold of Selayar A Socio Economic History of an Indonesia Coconut Island C. 1600 â1950 Perspectives from a Periphery. Academisch Proefschriî ter Verkrijging van de Graad van Doctor Aan de Vrije Universiteit te Amsterdam. 1995 14Poerwanto Bambang, 1992 âFrom Dusun to Markt Native Rubbert Cultivation in Southeast Sumatra, 1890-1940â. Dessertation at the School o Oriental and African Studies. 199215Van der Lombok Conques, Colonisation and Undersevelopment Singapore Heinemann,1976 Capitalism and Confrontations in Sumatraâs Plantation Belt, 1870-1979 New haven Yale University Press. 1985Beras Sebagai Komoditi Utama... Sritimuryati 132misalnya kajian Anthony Reid,17 Butcher dan Howard Kelima, Pendekatan teori yang mengfokuskan pulau-pulau sebagai unit analisis dari keseluruhan pulau, tidak hanya satu tempat saja tetapi variasi pengembangan ekonomi regional yang juga tidak lepas dari ekonomi Barat dan pribumi misalnya kajian Jeroen L. Touwen 19dan Lindblad20. Kajian ini lebih difokuskan pada pendekatan kelima, yaitu pendekatan teori yang mengkaji pulau-pulau sebagai unit analisis dari keseluruhan pulau tidak hanya wilayah Sulawesi Selatan, tetapi juga ekonomi pulau-pulau di Wilayah Timur Besar dengan pasaran dunia. Kajian ini menggunakan pendekatan teori âjaringan perdaganganâ. Teori ini menekankan sistem mata rantai ekonomi dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Dengan pendekatan teori ini, diharapkan dapat melihat gambaran variasi jaringan pelayaran perdagangan beras pada pelabuhan-pelabuhan. Ini dimaksudkan untuk dapat mengurangi perbedaan pemahaman sejarah ekonomi kepulauan Braudel itu juga mempengaruhi gagasan Van leur, membahas mula era perdagangan di Asia. Menurutnya, perdagangan antara Asia yang terbentang dari Mediterranean hingga Jepang tersusun sebagai perdagangan penjajah invaders trade.21 Karena itu, jaringan 17Anthony Reid, Southeast Asian the Age of Commerce, the Land Below the Winds. New haven & London Yale University Press. 1988; Asia Tenggara dalam Kurung Niaga 1450-1680, Jilid I Jakarta Yayasan Obor 1992. Southeast Asia in the Age of Commerce, Expansion and Crisis. New haven & London Yale University Press 199318J. Buchter & Howard W. Dick Ed. The Rise and Fall of Revenue Farming Business elites and the Emergence of the Modern State in Southeast Asia. London macmillan. 1993 19Touwen Jeroen, 2001. Estremes in the Archipelago Trade and Economic development in the Outer Island of Indonesia 1900-1942, Leiden KITLV. Press20Thomas J. Lindblad, 1989. Het Belang van de Buitengewesten Economische Expansie and Koloniale Staatsvorming in de Buitengewesten van Nederlands- Indie, 1870-1942. Amsterdam Neha21Van Leur, Indonesian Trade and Society Essays in Asian Social and Economic History. Amsterdam The Royal Tropical Institute, 1960.. hal. 75. perdagangan penjajah itulah yang mendorong terbentuknya kota-kota dagang seperti Malaka, Aceh , Banten, Makassar dan Ternate. Lain halnya dengan Meilink Roelofsz, justru melihat bahwa perdagangan di Asia bukan semata perdagangan yang dilakukan penjajah seperti yang disebutkan Van Leur, tetapi merupakan pedagang yang bebas seperti pelayar yang memiliki Kajian perdagangan dari perspektif sejarah belum mendapatkan perhatian yang cukup. Beberapa kajian yang ada lebih mengfokuskan pada masalah perdagangan di Makassar. Di antaranya dapat disebutkan Anthony Reid 1983, Sutherland 1987; 1989, Edward, L. Poelinggomang 1991.23 Kajian sejarah yang menempatkan ekonomi kepulauan sebagai determinisme geograîż dalam membentuk jaringan perdagangan antarpulau dan antarlaut hampir tidak ini mengacu pada penelitian studi pustaka dengan menggunakan metode sejarah kritis sesuai dengan langkah-langkah penelitian sejarah pada umumnya. Langkah pertama penentuan topik penelitian, langkah kedua menerapkan kritik sumber atas data yang digunakan sehingga dapat diketahui kevalidan dari data tersebut, ketiga interpretasi dan historiograf. Fokus penelitian ini menitikberatkan pada perdagangan beras yang merupakan komoditi utama ketika kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo. Lokus penelitiannya di Makassar. 22Meilink-Roelofsz, Asian Trade and European Inîuence in the Indonesian Archipelago between 1500 and about 1630. The Hague, Nijhoff. 1969, Reid, â The Rise of Makassarâ, dalam Rima Vol. 17,1983, hal . 117; H. A. Sutherland, â Eastern Emporium and Company Town Trade and Society in Eighteenth- Century Makassarâ dalam Frank Broeze,ed. Brides of the Sea Port Cities of Asia From the 16tth17th Centuries Kensington New South Wales University Press, 1989 , hal 98.; Edward Lamberthus Poelinggomang, Proteksi dan Perdagangan Bebas Kajian Tentang Perdagangan Makassar pada Abad ke-19. Academisch Proefschrift Vrije Universiteit. Amsterdam Volume 9, No. 1, Juni 2018 129â140 133PEMBAHASAN1. Jalur dan Jaringan Perdagangan di SulawesiKerajaan di Nusantara yang berhasil mengambil keuntungan dari adanya perdagangan maritim yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa, Cina, dan Arab antara lain Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Aceh, Mataram, Gowa Tallo, dan Ternate merupakan kerajaan yang berkembang pesat karena adanya perdagangan tersebut kemudian mengetahui bahwa ada nilai jual yang sangat tinggi untuk rempah-rempah yang dihasilkan di Ternate dan Maluku, karena itu tidak jarang terjadi perang dalam perebutan komoditi tersebut. Banyak pedagang dari Jawa yang mengunjungi Maluku dan Banda untuk membeli rempah-rempah dan kemudian dibawa kembali ke Jawa untuk dijual. Mereka merupakan saudagar-saudagar dari golongan istana yang ditugaskan untuk menukarkan barang-barang milik kerajaan guna mendapatkan keuntungan lebih besar. Pedagang dari seluruh nusantara berdagang ke Maluku, secara bersamaan agama Islam mulai disebarkan melalui jalur Lagaligo menceritakan pelayaran Sawerigading pergi ke La Taneta hingga Pantai Koromandel. Hubungan itu menciptakan pertemuan antara empat zona perdagangan seperti jaringan laut Jawa, Teluk Bengal, India Selatan, Sailon, Birma dan Pesisir Utara serta Barat Sumatera, Selat Malaka dan Cina Selatan, jaringan laut Suluh Lusin, Cebuh, Mindaro, Maindanao dan pesisir utara Kalimantan.24 Jalur itu memposisikan Makassar sebagai pusat perdagangan di jaringan Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara yang membutuhkan kayu cendana dan rempah-rempah di Indonesia Timur. Sulawesi Selatan sebagai pusat perniagaan di Indonesia Timur didukung oleh prinsip kebebasan laut dari Kerajaan R. Hall. Maritime Trade and state Development in the Early South East Asia. Honolulu. University of Hawai Press ,1985., Reid. The Rise of Makassar. Dalam RIMA 17. perdagangan di Sulawesi Selatan telah berkembang setidaknya pada abad XVI di mana salah satu komoditi yang diperdagangkan menurut Tome Pires adalah beras. Terlibatnya para pedagang-pedagang lokal Sulawesi dengan pedagang asing dikarenakan kondisi geograîżs daerah pesisir Sulawesi Selatan yang memiliki garis pantai cukup panjang pada abad XVII. Pada awal abad XVI di pesisir Sulawesi Selatan telah terbentuk kota-kota pelabuhan atau bandar niaga seperti, Siang Pangkajene, Tallo dan Somba Opu. Bandar niaga inilah yang dimanfaatkan penduduk dan penguasa setempat untuk memasarkan komoditi andalannya di mana salah satunya ialah Pelabuhan Makassar ber-dampak pada semakin ramainya kapal-kapal yang masuk di Pelabuhan Makassar. Kapal dan perahu setiap tahunnya bertambah baik kapal Eropa maupun kapal-kapal pribumi. Jumlah kapal yang masuk di Pelabuhan Makassar mulai membaik dan mencapai puncaknya pada masa Kerajaan Gowa Tallo abad XVI. Meningkatnya perdagangan di Makassar ketika itu banyak ditentukan oleh kebijakan kerajaan yang menempatkan Makassar sebagai pelabuhan bebas bagi masuknya kapal-kapal asing di Pelabuhan Somba Makassar atau Bandar niaga Somba Opu baru memperlihatkan gejala pertumbuhan dengan pesat pada pertengahan abad XVI, kemudian meningkat lagi perkembangannya pada awal abad XVII. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh dorongan pertumbuhan internal maupun pengaruh situasi perkembangan niaga dari luar. Pertumbuhan internal bersumber dari adanya ambisi penguasa Kerajaan Gowa-Tallo untuk mengembangkan bandar niaganya sebagai satu-satunya pelabuhan dagang dan pusat perdagangan di wilayah tersebut. Sedangkan dorongan pertumbuhan dari luar antara lain disebabkan; pertama, terjadinya pergeseran kegiatan perniagaan ke wilayah timur mengikuti situasi perkembangan politik di nusantara, yakni jejak jatuhnya Malaka pada 1511 dan dikuasainya jaringan perdagangan Beras Sebagai Komoditi Utama... Sritimuryati 134Selat Malaka untuk beberapa waktu oleh orang-orang Portugis. Masalah tersebut menyebabkan banyaknya pedagang-pedagang dari Malaka mengalihkan perdagangannya ke Makassar atau Pelabuhan Somba Opu. Kedua; hadirnya sekelompok pedagang asing untuk menjadikan Pelabuhan Makassar sebagai koloni dagang dan mengalihkan perdagangan ke Hingga pertengahan abad ke-17, Makassar berupaya merentangkan kekuasaannya ke sebagian besar wilayah Indonesia Timur dengan menaklukan pulau Selayar dan sekitarnya, kerajaan-kerajaan Wolio di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai di Sulawesi Tengah dan Gorontalo di Sulawesi Utara serta mengadakan perjanjian-perjanjian dengan Kerajaan Seram dan pulau-pulau lain di Maluku. Makassar menjadi salah satu bagian terpenting dalam penyebaran agama Islam. Sultan Makassar juga menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik yang erat dengan kerajaan-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia bagian Barat, Golconda di India dan kekaisaran Ottoman di Timur Perdagangan Beras di MakassarPolitik pintu terbuka yang dijalankan oleh Kerajaan Gowa bukan hanya diarahkan untuk memikat pedagang dan pelaut di daerah sekitar Bugis, Makassar, Mandar, Selayar, dan Bajo atau Portugis di Malaka dan Melayu, tetapi juga mereka yang bergiat di Asia Timur dan Asia Tenggara pedagang Eropa, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Dalam hal ini, peran pelaut dan pedagang Sulawesi Selatan tidak dapat diabaikan. Mereka melakukan pelayaran niaga antara Makassar dan daerah penghasil komoditas terpenting ketika itu Maluku rempah-rempah dan Timor serta Sumba kayu cendana. Kedua komoditas ini telah memikat pedagang lain 26Muhammad Vibrant Anwar. Terbentuknya Kota Pelabuhan Makassarstudi kasus tonggak awal pembentukan kota Makassar pada masa Kerajaan Gowa tahun 1510-1653. Jakarta Skripsi Fakultas Sastra Universitas Indonesia, datang ke Keterbukaan Kerajaan Gowa terhadap semua pedagang memperlancar hubungan dagang dengan pusat perdagangan lain. I Malikang Daeng Manyonri 1593-1636, Mangkubumi Kerajaan Gowa, diberitakan mendapat izin dari penguasa Banda untuk menempatkan wakilnya di Banda pada 1607. Selain itu, atas izin pemerintah Spanyol di Filipina, penguasa Gowa mendirikan perwakilan dagang di Manila. Menurut Speelman, perwakilan dagang Gowa di Manila didirikan karena pedagang Melayu dan Jawa dilarang mengunjungi Manila dengan meng-atasnamakan Makassar Gowa. Pemerintah Spanyol hanya menerima pedagang Makassar karena mereka, selain memiliki hubungan dagang, mereka juga dapat memenuhi permintaan rempah-rempah dan komoditas lain seperti Jalur politik perdagangan hasil pertanian terutama beras dari kawasan Indonesia Timur ke Batavia dan Laut Cina Selatan hampir sepenuhnya di bawah kendali kesultanan Gowa Makassar. Etnis Bugis merasakan adanya semacam ketidakadilan dalam pengelolaan sumber-sumber agraris di pedalaman Sulawesi Selatan. Sebelum berakhirnya abad XVI, kesultanan Gowa memiliki kemampuan mengendalikan politik perdagangan hasil pertanian kawasan Indonesia Timur yang relatif kuat. Dengan keberhasilannya menguasai semenanjung dan menjadikan Pelabuhan Makasar sebagai bandar perdagangan antar pulau yang besar, etnis Makasar kesultanan Gowa bisa mengelola perdagangan dan ekonomi beras dari pedalaman Sulawesi Selatan dan perdagangan hasil bumi dari pulau-pulau lain bagian timur Indonesia. 29Cara berdagang semacam itu me-mudahkan pelaut dan pedagang Makassar 27Mualim Agung Wibawa. Peranan Kerajaan Gowa Dalam Perniagaan Abad ke XVII. Jakarta Skripsi Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah, 2011,. Volume 9, No. 1, Juni 2018 129â140 135memperoleh rempah-rempah dari Maluku dalam jumlah besar dan murah, sehingga harga jual di Makassar lebih murah daripada di daerah produksinya sendiri. Stapel yang mengkaji tentang Makassar, menggambarkan perdagangan Makassar pada permulaan abad XVI ke dalam beberapa bagian pertama, pusat perniagaan dan pangkalan bagi pedagang dan pelaut Makassar. Kedua, pelabuhan transit terpenting bagi komoditas rempah-rempah dan kayu cendana. Ketiga, daerah yang berlimpah dengan produk pangan beras dan ternak. Keempat, bandar niaga bawah kesultanan Gowa, sejak zaman Portugis abad XVI, Kota Makasar telah menjadi pusat peradaban dan perdagangan global kawasan Indonesia Timur. Sebelum maskapai perdagangan pemerintah Hindia Belanda VOC memasuki kawasan Indonesia Timur, kesultanan Gowa memiliki pengaruh besar dalam perdagangan hasil pertanian di kawasan Ternate, Buton, Minahasa, Maluku dan Nusa Tenggara. Keberadaan Portugis di Maluku dan Timor tampaknya tidak menimbulkan ketegangan yang berarti bagi kesultanan Gowa. Ketegangan memperebutkan kekuasaan atau monopoli perdagangan hasil pertanian baru terasa meninggi setelah masuknya orang-orang Belanda di Banten dan Batavia. Orang-orang Belanda menilai bahwa keberadaan kesultanan Gowa, yang mengendalikan bandar pelabuhan Makassar, sebagai pesaing yang harus disingkirkan. Pendeknya pusat perdagangan Batavia di Barat tidak boleh diganggu oleh kesultanan Makassar di Timur.31Perkembangan Makassar sangat di-tentukan oleh dua faktor. Pertama, perdamaian dan keamanan yang ada di Sulawesi Selatan di bawah hegemoni Gowa-Tallo, sehingga memungkinkan aktivitas perdagangan di Makassar dan sebaliknya, para pedagang Stapel, Het Bongaais Verdrag, Leiden Rijksuniversiteit Leiden, 1922. Disertasi.hlm. History dan Kemacetan Reforma Agraria di Sulawesi Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 4 No. 1, Maret 2006. tertarik ke sana membawa banyak kekayaan. Kedua, kedudukannya sebagai pelabuhan transit sangat tergantung pada aliran rempah-rempah dari Maluku, Seram, Ambon dan pada produksi beras serta bahan makanan lainnya yang dibutuhkan sebagai bekal dalam dagang pada waktu itu umumnya dilakukan secara barter. Beras dan barang lainnya yang dibeli di pelabuhan bagian barat oleh pedagang Bugis Makassar, kemudian dijual secara barter dengan rempah-rempah. Penukaran secara barter ini didasarkan pada perbandingan kesatuan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak. Sistem penukaran seperti ini berlaku juga bagi barang dagangan yang berasal dari negeri asing, misalnya pertukaran antara kain buatan India dalam kesatuan potong dengan rempah-rempah dalam kesatuan bahar. Bahar digunakan sebagai kesatuan berat dan sering berbeda ukurannya di setiap tempat, seperti bahar Maluku = 600 pond, sedangkan bahar Malaka = 550 barter yang digunakan oleh pedagang antara pedagang asing lokal, berupa tukar menukar barang dagang yang diperlukan. Seperti pakaian, senjata, dan porselen yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari Cina, Gujarat dan Portugis. Kemudian di tukar ke pedagang Bugis-Makassar untuk selanjutnya barang tersebut dibawa ke pelosok Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Nusa Tenggara untuk ditukar dengan rempah-rempah, kemudian dijual lagi ke pedagang bandar Somba Opu, orang Portugis sering membawa tunai berupa mata uang timah Cina untuk kemudian diserahkan kepada pedagang Bugis Makassar yang akan pergi ke 32Kartodirjo, 1993. C. van Leur, Indonesian trade and society Lessays in asian social and economic history, Bandung Sumur Bandung, 1960. Hlm Reid. Dari ekspansi hingga krisis Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680 Jilid II Terjemahan. Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 1998,., Sebagai Komoditi Utama... Sritimuryati 136Maluku untuk membeli rempah-rempah. Para pedagang Bugis Makassar yang menerima semacam uang muka ini memberikan jaminan secara tertulis. Surat tanda terima ini ditulis dalam bahasa Makassar sebagai pusat perdagangan dan bandar niaga menjadi lebih besar, terutama dalam perdagangan rempah-rempah dan beras. Pelabuhan Makassar, tidak hanya disinggahi kapal-kapal dan para pedagang dari Nusantara, tetapi juga berasal dari Cina dan Eropa. Sejalan dengan itu, abad ke-17 merupakan saat di mana kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Utara Pulau Jawa mengalami keruntuhan satu persatu. Keadaan itu merupakan kesempatan dan peluang yang besar bagi Kerajaan Gowa untuk mengembangkan diri menjadi pusat penyiaran agama Islam dan pusat perdagangan di kawasan timur pencaharian penduduk Makassar pada waktu itu berfokus pada dua sektor utama yaitu nelayan dan perniagaan. Sedang komoditi ekspor utama Makassar adalah beras, yang dapat ditukar dengan rempah-rempah di Maluku maupun barang-barang manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari laporan saudagar Portugal maupun catatan lontara-lontara setempat, diketahui jika saudagar Melayu memilliki peranan penting dalam perdagangan berdasarkan pertukaran surplus pertanian barang-barang impor. Dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang umumnya berbasis agraris, maka Makassar dengan leluasa mampu meningkatkan produksi komoditi pertanian. Di pantai terdapat komoditi perikanan dan mungkin terdapat satu atau dua pasar untuk kegiatan perdagangan. Di sekitar tempat ini terdapat bangunan-bangunan yang didirikan oleh saudagar-saudagar yang bertempat tinggal di Makassar sebelum kota ini Schrieke, Indonesian Sociological Studies, Bandung The Hague, 1955. Hlm. Saleh Madjid. Ekspansi Politik Kerajaan Gowa-Tallo Terhadap Kerajaan Bima Abad XVII.Makassar Universitas Negeri Makassar oleh Belanda. Penduduk dari negeri pedalaman bagian utara yang disebut orang Bugis dan dari selatan yaitu orang Makassar menjadi pendukung kota. Jika mereka berniaga dengan orang luar, menjadikan Makassar sebagai pangkalan niaganya. Para pedagang yang berlayar dari bagian barat nusantara menuju daerah rempah-rempah di bagian timur, singgah di pangkalan Makasasar. Sering kali para pedagang ini hanya sampai di Makassar, menunggu kedatangan rempah-rempah dari timur. Di Makassarlah pedagang-pedagang dari barat dan dari timur bertemu dan melakukan transaksi. Para pendatang itu membentuk perkampungan sendiri-sendiri di bawah koordinasi seorang Syahbandar terpilih oleh sesama bangsanya dengan tugas mewakili awalnya, kegiatan perdagangan utama di bandar dunia adalah pemasaran budak-budak serta menyuplai beras kepada kapal-kapal VOC yang menukarkannya dengan rempah-rempah di Maluku. Pada tahun 30-an, Pelabuhan Makassar dibuka bagi kapal-kapal dagang Cina. Komoditi yang dicari para saudagar Tionghoa di Sulawesi pada umumnya berupa hasil laut dan hutan. Seperti teripang, sisik penyu, kulit kerang, sarang burung dan kayu cendana sehingga tidak dianggap sebagai langganan dan persaingan bagi monopoli jual- beli rempah-rempah dan kain yang didirikan VOC. Sebaliknya barang dagangan Cina, terutama porselen dan kain sutera, dijual para saudagarnya dengan harga lebih murah di Makassar daripada yang bisa didapat oleh pedagang asing di negeri Cina sendiri. Adanya pasaran baru itu mendorong kembali aktivitas maritim penduduk kota dan kawasan Makassar. Terutama penduduk pulau-pulau di kawasan Spermonde mulai mensosialisasikan diri sebagai pencari teripang, komoditi utama yang dicari para pedagang Cina, dengan 37Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan. Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan Sampai Tahun 1905. Makassar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan, 2000,. Volume 9, No. 1, Juni 2018 129â140 137menjelajahi seluruh kawasan timur nusantara untuk Kota Makassar pada zamannya adalah demikian strategisnya, dilihat dari sudut geo-politik, ia diapit oleh dua buah sungai, Tallo dan Jeneberang, di sebelah selatan dan utara. Di sebelah timur oleh lembah pegunungan Bawakaraeng yang sangat luas dan subur, di sebelah barat oleh lautan dengan banyak pulau-pulau kecil tersebar bagaikan benteng-benteng pertahanan yang menghadang di depan pantai Makassar. Orang-orang dari negeri pedalaman yang menjadi latar belakang kehidupan kota dari arah sebelah utara yang didiami oleh orang-orang Bugis dan arah sebelah selatan oleh orang-orang Makassar. Mereka sama-sama mempunyai kepentingan bilamana hendak berhubungan dengan dunia luar yang menjadikan Makassar sebagai pangkalan niaga. Mereka yang berlayar dari bagian barat nusantara dari Malaka, Sumatra dan dari Jawa untuk mencapai pulau rempah-rempah di bagian timur nusantara, bertemu di pangkalan atau Bandar niaga Makassar Bengawan samudra dari bagian timur nusantara. Orang Makassar, Bugis, Ternate, Seram, Banda dan sebagainya yang hendak membawa barang dagangannya ke bagian lain di kepulauan nusantara, harus melalui Bandar niaga Makassar. Ini menunjukkan betapa strategisnya letak kota rangka mewujudkan Somba Opu sebagai pusat perdagangan, Kerajaan Gowa berusaha menjalin kerjasama dan hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan luar di Nusantara. Selain itu usaha yang dilakukan adalah membangun angkatan perang dan sistem administrasi pelabuhan yang handal. Dalam usaha meningkatkan ekonomi kerajaan, juga memperdagangkan budak. Perdagangan budak ini dianggap penting karena dapat memberi penghasilan yang tinggi pada kerajaan. Budak diperoleh dengan penaklukkan berbagai kerajaan-kerajaan kecil seperti Tambora, Bima, Tambelu, 38Humas Pemkot Makassar. Menguak Kebesaran Sejarah Makassar. Makassar Pemda Makassar, 2007,. Ibid. Butung dan kerajan-kerajaan di Flores. Pengelolaan perdagangan budak sampai tahun 1669 ditangani secara formal oleh Kerajaan Gowa dan berbagai kerajaan-kerajaan Bugis. Perdagangan budak ini dilakukan melalui sistem barter dengan berbagai produk Politik perluasan kekuasaan dan besarnya perhatian yang dilandasi oleh sikap terbuka dari penguasa Gowa terhadap kehidupan perniagaan akhirnya berhasil menempatkan Makassar sebagai satu-satunya pusat perdagangan dan pangkalan kegiatan maritim di wilayah itu. Disamping itu, tidak dapat diabaikan begitu saja peran para pedagang dan pelaut yang melakukan aktiîżtas niaga di sana, yang telah berhasil menjadikan Makassar sebagai bandar niaga tempat pemasaran produksi perdagangan. Karena itu Pelabuhan Makassar tampil sebagai bandar utama mereka dalam hubungan dengan bandar niaga lain. Monopoli perdagangan yang dilakukan oleh Belanda melalui kongsi dagangnya VOC memaksa pihak kerajaan untuk melakukan sikap antipati kepada mereka. Adanya perbedaan konsep mengenai lautan di mana orang Bugis-Makassar menganggap bahwa konsep lautan itu bebas, jadi siapa pun boleh berdagang di sana. Berbeda dengan apa yang dipahami oleh VOC, mereka senantiasa melakukan monopoli terhadap lautan demi mengejar keuntungan yang melihat Pelabuhan Somba Opu kian ramai dari hari ke hari. Oleh karena itu, Belanda ingin menjalankan misinya, yakni melakukan monopoli perdagangan. Belanda mengirimkan utusannya lagi ke Kerajaan Gowa. Belanda mengajak Daeng Manrabia Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menaklukkan Banda dengan perjanjian âBelanda akan melakukan monopoli atas perdagangan rempah-rempah di Kerajaan Gowaâ. Mendengar ajakan itu, sultan menolak dengan tegas. Dari penolakan itu, Belanda mulai melakukan sabotase. orang-orang Portugis yang sudah lama mengadakan kontak dagang dengan Kerajaan Gowa diusir dari Maluku. Armada 40Departemen Pendidikan Nasional, 2000. Hlm Sebagai Komoditi Utama... Sritimuryati 138Kerajaan Gowa dan pedagang rempah-rempah selalu dihalang-halangi masuk perairan Banda sehingga terjadi kontak senjata antara pasukan Kerajaan Gowa Dan Belanda VOC. Dari tindakan itu, sultan marah. Pada 1615, datanglah sebuah kapal dagang Belanda bernama Enkhuysen ke Pelabuhan Somba Opu. Kedatangannya itu dimanfaatkan oleh Belanda untuk diadukan pada kapten kapal bahwa ia selalu diganggu dan diperlakukan tidak patut oleh orang Portugis dan Spanyol yang merupakan saingan mereka. Sedangkan sultan tidak mengambil suatu tindakan untuk melindungi Belanda di Somba Kerajaan Gowa-Tallo akibat perjanjian Bungaya pada 1666-1667 memaksa kerajaan ini untuk melepaskan semua daerah kekuasaannya dan mengalami kerugian yang cukup besar sebab hak atas pengolahan pelabuhan dan kebijakan syahbandar atas pajak yang harus dikumpulkan oleh pedagang diambil alih oleh VOC, terlebih lagi kekalahan yang dialami Kerajaan Gowa-Tallo dalam perang melawan VOC dibantu sekutunya Kerajaan Bone mengharuskan untuk membayar ganti rugi perang. Hal ini membuat Kerajaan Gowa semakin sistem ekonomi agraris di Kerajaan Gowa-Tallo ke maritim memperlihatkan beberapa faktor alam merupakan hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Melalui hubungan tersebut terjadi perdagangan dan percampuran budaya dari pedagang yang datang dan para penduduk lokal yang menerima sehingga membentuk sebuah peradaban baru dan terjadi kemajuan yang signiîżkan dalam proses perdagangan maritim. Dengan Sulawesi sebagai salah satu perantara perdagangan maritim yang terjadi di nusantara, sudah barang tentu adanya kemajuan yang terjadi di wilayah Sulawesi termasuk di Kerajaan Gowa-Tallo. 41Siti Rochayati. Jatuhnya Benteng Ujung Pandang Makassar Pada Belanda VOC. Surakarta skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, 2010., Gowa-Tallo sebagai salah satu kerajaan kembar yang ada di jazirah Sulawesi adalah kerajaan yang bercorak maritim. Jatuhnya Selat Malaka sebagai pelabuhan besar tempat pedagang asing singgah untuk menjajakan barang dagangannya membuat Kerajaan Gowa-Tallo kemudian muncul ke permukaan sebagai pelabuhan besar. Banyak pedagang asing seperti Cina, Arab, Portugis dan VOC yang melakukan kegiatan perdagangan. Salah satu komoditas utama dari Kerajaan Gowa-Tallo yakni beras. Beras sempat membawa Tallo mencapai puncak kejayaannya sebelum VOC kemudian menghancurkan Kerajaan Gowa-Tallo dengan perang dan berakhir dengan kekalahan Kerajaan Gowa-tallo yang ditandai dengan perjanjian Bungaya 1666/1667. Kegiatan perdagangan mulai lesu sebab dibatasi oleh VOC. VOC mulai melakukan monopoli sehingga baru pada abad ke-19 perdagangan beras muncul PUSTAKAA. Kraan Van der. 1976. Lombok Conques, Colonisation and Undersevelopment. Singapore Reid. The Rise of Makassar. Dalam RIMA 17. hal . 117; H. A. Sutherland, â Eastern Emporium and Company Town Trade and Society in Eighteenth- Century Makassarâ dalam Frank Broeze,ed. Brides of the Sea Port Cities of Asia From the 16tth17th Centuries Kensington New South Wales University Press, 1989 , hal 98.; Edward Lamberthus Poelinggomang, Proteksi dan Perdagangan Bebas Kajian Tentang Perdagangan Makassar pada Abad ke-19. Academisch Proefschrift Vrije Universiteit. Amsterdam Reid. 1998. Dari ekspansi hingga krisis Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680 Jilid II Terjemahan. Jakarta Yayasan Obor Reid, 1988. Southeast Asian the Age of Commerce, the Land Below the Winds. New haven & London Yale WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018 129â140 139University Press.; Asia Tenggara dalam Kurung Niaga 1450-1680, Jilid I Jakarta Yayasan Obor 1992. Southeast Asia in the Age of Commerce, Expansion and Crisis. New haven & London Yale University Press Muhammad Terbentuknya Kota Pelabuhan Makassarstudi kasus tonggak awal pembentukan kota Makassar pada masa Kerajaan Gowa tahun 1510-1653. Jakarta Skripsi Fakultas Sastra Universitas Poerwanto. 1992. âFrom Dusun to Markt Native Rubbert Cultivation in Southeast Sumatra, 1890-1940â. Dessertation at the School o Oriental and African J. & Dick, Howard W. Ed. 1993. The Rise and Fall of Revenue Farming Business elites and the Emergence of the Modern State in Southeast Asia. London & Lindblad Het Belang van de Buitengewesten Economische Expansie en Koloniale Staatsvorming in de Buitengewesten van Nederlands Indie. 1870-1942, Amsterdam Howard W. 1993. âIndonesian Economic History Inside Out, Review of Indonesian and Malasian Affairsâ RIMA. Vol 27. 1993 Lihat Pula Singgih Sulistiyono The Java Sea Network Patterns In The Development of Integteregional Shipping an tarade in the Process of National Economic integration in Indonesia 1870-1990. Proefschrift. Leiden Universsity 2003. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan. 2000. Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan Sampai Tahun 1905. Makassar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Kenneth R. 1985. Maritime Trade and state Development in the Early South East Asia. Honolulu. University of Hawai 1995, âThe Green Gold of Selayar A Socio Economic History of an Indonesia Coconut Island C. 1600 â1950 Perspectives from a Peripheryâ Academisch Proefschrift ter Verkrijging van de Graad van Doctor Aan de Vrije Universiteit te Amsterdam. Humas Pemkot Makassar. 2007. Menguak Kebesaran Sejarah Makassar. Makassar Pemda Touwen. 1964. Extremes in the Archipelago Trade and economic development in the Outer Islands of Indonesia, 1900-1942. Leiden Touwen. 2001. Estremes in the Archipelago Trade and Economic development in the Outer Island of Indonesia 1900-1942, Leiden KITLV. 2008. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17, Jakarta Komunitas Bambu. Leur, J. C. van . 1960. Indonesian trade and society Lessays in asian social and economic history. Bandung Sumur 1989. âEconomic Growth in the Outher Island, 19191940â, HollandNew ChallengeLindblad, 1989 Het Belang van de Buitengewesten Economische Expansie en Koloniale Staatsvorming in de Buitengewesten van Nederlands- Indie, 1870-1942. Amsterdam Muhammad Saleh. Tanpa tahun. Ekspansi Politik Kerajaan Gowa-Tallo Terhadap Kerajaan Bima Abad XVII. Makassar Universitas Negeri Lilliyana. Tanpa tahun. Jurnal Kebijakan Maritim di Hindia Belanda Langkah komersil pemerintah Usman. 2008. Makassar Pesona Dunia. Pemkot Makassar Pelita Nahdia.âPerdagangan Beras di Makassar Awal Abad XXâ, Lembaran Sebagai Komoditi Utama... Sritimuryati 140Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, Jakarta Yayasan Obor IndonesiaRoelofsz, Meilink 1969. Asian Trade and European Inîuence in the Indonesian Archipelago between 1500 and about 1630. The Hague, Nijhoff. Rochayati. Siti. 2010. Jatuhnya Benteng Ujung Pandang Makassar Pada Belanda VOC. Surakarta skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas 1955. Indonesian Sociological Studies, Bandung The 1922. Het Bongaais Verdrag. Leiden Rijksuniversiteit Leiden, Capitalism and Confrontations in Sumatraâs Plantation Belt, 1870-1979 New haven Yale University James D. 1991. âIntroductionâ dalam id. ed., The Political Economy of Merchant Empires State Power and World Trade 1350-1750, USA Cambridge University Leur, 1960. Indonesian Trade and Society Essays in Asian Social and Economic History. Amsterdam The Royal Tropical Mualim Agung. 2011. Peranan Kerajaan Gowa Dalam Perniagaan Abad ke XVII. Jakarta Skripsi Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam negeri Syarif Thee. Kian. 1977. âPlantation Agriculture and Esport Growth An Economic History of East Sumatra, 1863-1942â .1977. Jakarta Volume 9, No. 1, Juni 2018 129â140 Nurul Adliyah PurnamasariDwi Sumaiyyah MakmurPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung pada seluruh koleksi di Museum Balla Lompa Sungguminasa sebagai sebuah identitas bagi Kerajaan Gowa pada masa lampau. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu studi pustaka berupa penelusuran sumber-sumber tertulis, dilanjutkan dengan observasi lapangan yang mencakup proses pencatatan atau pendeskripsian koleksi, serta dilengkapi dengan data hasil pemotretan. Seluruh data koleksi dianalisis untuk melihat atribut penting yang mampu merepresentasikan identitas sejarah dan budaya Kerajaan Gowa pada masa lampau. Identitas yang dimaksud adalah ciri khas dan karakter khusus yang membedakan Kerajaan Gowa dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan. Melalui penelitian ini, diketahui bahwa koleksi di Museum Balla Lompoa Sungguminasa merepresentasikan identitas Kerajaan Gowa yang tercermin melalui nilai-nilai kemaritiman, kejayaan, etnisitas, religiositas, dan Nyoman SiryayasaM. Syahrul YasinArtikel ini memfokuskan pada kegiatan perdagangan dan pelayaran orang-orang Asia Tenggara di Makassar. Makassar adalah salah satu kota pelabuhan yang jadikan sebagai pusat perdagangan maritim di kawasan timur Indonesia yang telah berkembang menjadi zona perdagangan di abad ke-14. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan antar pulau sudah mulai sejak beberapa abad sebelumnya. Artikel ini membahas tentang kegiatan perdagangan dan pelayaran yang dilakukan oleh orang-orang Asia Tenggara dalam tatanan perubahan kondisi sosial-ekonomi dalam masyarakat pelaut orang-orang Asia Tenggara di Makasssar. Penelitian ini merupakan studi sejarah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mencari referensi melalui buku dan ditelaah pustaka lainnya. Data yang didapatkan kemudian di olah sedemikian rupa dengan menggunakan metode sejarah yaitu herustik, kritik, interprestasi dan historiografi. Lillyana MulyaAbstrak Artikel ini menghadirkan pengantar umum mengenai perkembangan sarana transportasi maritim di kepulauan Indonesia. Kajian ini menggunakan dua kebijakan populer pada masa kolonial untuk menganalisis proses adaptasi penguasa Belanda di Indonesia, yaitu liberalisasi pelabuhan Batavia dan pendirian Koninklijke Paketvaart Maatschappij KPM. Melalui terminologi long-term atau jangka panjang, dapat diketahui bahwa dua kebijakan kolonial di atas memenuhi syarat sebagai kebijakan yang berkelanjutan secara politik dan ekonomi. Analisis ini juga bertujuan untuk menelusuri sifat komersil dari kebijakan maritim yang diterbitkan pemerintah kolonial yang memiliki latar belakang WieThesis Ph. D.-University of Wisconsin, 1969. Photocopy from microfilm of Conques, Colonisation and UndersevelopmentA KraanA. Kraan Van der. 1976. Lombok Conques, Colonisation and Undersevelopment. Singapore ekspansi hingga krisis Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680 Jilid II TerjemahanAnthony ReidAnthony Reid. 1998. Dari ekspansi hingga krisis Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680 Jilid II Terjemahan. Jakarta Yayasan Obor Kota Pelabuhan Makassarstudi kasus tonggak awal pembentukan kota Makassar pada masa Kerajaan Gowa tahun 1510-1653Muhammad AnwarVibrantAnwar, Muhammad Terbentuknya Kota Pelabuhan Makassarstudi kasus tonggak awal pembentukan kota Makassar pada masa Kerajaan Gowa tahun 1510-1653. Jakarta Skripsi Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Kota Makassar Makassar kadang dieja Macassar, Mangkasar; dari 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujungpandang atau Ujung Pandang adalah sebuah kotamadya dan sekaligus ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kotamadya ini adalah kota terbesar pada 5°8â˛S 119°25â˛E Koordinat 5°8â˛S 119°25â˛E, di pesisir barat daya pulau Sulawesi, berhadapan dengan Selat Makassar. Kota Makassar Macassar, Mangkasar, Ujung Pandang 1971-1999 adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia dan sekaligus sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Sebagai pusat pelayanan di Kawasan Timur Indonesia KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan. Secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Kota ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari permukaan laut. Penduduk Kota Makassar pada tahun 2000 adalah jiwa yang terdiri dari lakilaki jiwa dan perempuan jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %. Letak Koordinat 5°8â˛S 119°25â˛E di pesisir barat daya pulau Sulawesi, menghadap Selat Makassar. Batas Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Pangkajene Kepulauan di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan. Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup berdampingan secara damai. Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar, sisanya berasal dari suku Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya. Mayoritas penduduknya beragama Islam Pembagian Wilayah Kota Makassar dibagi menjadi 14 kecamatan, 143 kelurahan, 885 RW dan 4446 RT. Kondisi Geografis Ketinggian Kota Makassar bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C sampai dengan 32° C. Kota Makassar diapit dua buah sungai yaitu Sungai Tallo yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada bagian selatan kota. Lihat juga kondisi geografis Makassar selengkapnya. Luas wilayah 128,18 km² Total 175,77 km2. Luas wilayah kecamatan 1 Tamalanrea 31,84 km²; 2 Biringkanaya 48,22 km²; 3 Manggala 24,14 km²; 4 Panakkukang km²; 5 Tallo 5,83 km²; 6 Ujung Tanah 5,94 km²; 7 Bontoala 2,10 km²; 8 Wajo 1,99 km²; 9 Ujung Pandang 2, 63 km²; 10 Makassar 2,52 km²; 11 Rappocini 9,23 km²; 12 Tamalate 20,21 km²; 13 Mamajang 2,25 km²; 14 Mariso 1,82 km² Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk 1,168,258 jiwa. Makassar berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan. Kota ini tergolong salah satu kota terbesar di Indonesia dari aspek pembangunannya dan secara demografis dengan berbagai suku bangsa yang menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota Makassar adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar,Buton, Jawa, dan Tionghoa. Makanan khas Makassar yang umum dijumpai seperti Coto Makassar, Roti Maros, Jalangkote, Kue Tori, Palubutung, Pisang Ijo, Sop Saudara dan Sop Konro. BATAS WILAYAH Makassar memiliki wilayah seluas 128,18 km². ARAH TIMUR Kabupaten Maros ARAH BARAT Selat Makassar ARAH UTARA Kabupaten Maros ARAH SELATAN Kabupaten Gowa Sumber Data Kota Makassar Dalam Angka 2009 BPS - Kota Makassar Geografis Makassar Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km². Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Diantara kecamat-an tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya. Kota Makassar sendiri berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni sebelah utara dengan kabupaten Pangkep, sebelah timur dengan kabupaten Maros, sebelah selatan dengan kabupaten Gowa dan sebelah barat dengan Selat Makassar. Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Makassar, memberi penjelasan bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan daerah lain. Memang selama ini kebijakan makro pemerintah yang seolah-olah menjadikan Surabaya sebagai home base pengelolaan produk-produk draft kawasan Timur Indonesia, membuat Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Padahal dengan mengembangkan Makassar, otomatis akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan Timur Indonesia dan percepatan pembangunan. Dengan demikian, dilihat dari sisi letak dan kondisi geografis - Makassar memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain di kawasan Timur Indonesia. Saat ini Kota Makassar dijadikan inti pengembangan wilayah terpadu Mamminasata. Penduduk Kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sementara itu komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin penduduk kota Makassar, yaitu sekitar 92,17 % yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk laki-laki. Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar, sisanya berasal dari suku Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya. Wisata
Kerajaan MakassarMakassar merupakan pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini disebabkan karna letak wilayah Makassar yang strategis dan menjadi bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Lemahnya pengaruh Hindu-Buddha di kawasan ini menyebabkan nilai-nilai kebudayaan Islam yang dianut oleh masyarakat di Sulawesi Selatan menjadi ciri yang cukup menonjol dalam aspek kebudayaannya. Kerajaan Makassar mengembangkan kebudayaan yang didasarkan atas nilai-nilai Islam dan tradisi dagang. Berbeda dengan kebudayaan Mataram yang bersifat agraris, masyarakat Sulawesi Selatan memiliki tradisi merantau. Keterampilan membuat perahu phinisi merupakan salah satu aspek dari kebudayaan berlayar yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi masa pemerintahan Sultan Hasanuddin 1654-1660, Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan antara Goa-Tallo Makassar dengan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar 1660-1669. Perang ini juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan. Sebagai salah satu kota dan Bandar niaga di Asia Tenggara, Somba Opu memiliki setidak â tidaknya lima konsul dagang Eropa sebagai tempat perwakilan dagang Negara â Negara Eropa di kerajaan itu. Konsulat dagang yang ada di Somba Opu antara lain, Konsulat Portugis, Konsulat Denmark, Konsulat Inggris, Konsulat Spanyol dan Konsulat Belanda. Namun Konsulat Belanda menarik diri pada tahun 1661 karena tahun 50an perusahaan - perusahaan ekspedisi Belanda berlomba-lomba mengirimkan armadanya untuk memperebutkan rempah Indonesia. Akibat persaingan itu adalah meningkatnya pengiriman rempah ke Eropa dan naiknya harga rempah. Untuk mengatasi persaingan dagang yang tidak sehat pada tahun 1602 perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda itu akhirnya melebur menjadi satu pada tanggal 20 Maret 1602 dengan nama Vereenigde Oost-Indische Compagnie VOC atau Perserikatan Maskapai Hindia Timur. Dalam lidah kita persekutuan dagang itu dikenal dengan nama Kompeni dari kata Compagnie. Namun perwakilan dagang VOC di Somba Opu tidak terlalu berkembang karena kekurangan modal dibandingkan dengan perwakilan â perwakilan dagang Eropa lainnya. Akibatnya perwakilan dagang VOC tutup. Memang, sementara volume perdagangan antara Gowa dengan Negara â Negara Eropa lainnya berkembang sedangkan VOC malah terancam bangkrut. Pedagang rempah di Maluku yang selama ini menjadi sumber utama VOC telah segan untuk berdagang dengan VOC karena memasok harga dibawah standar Somba Opu. Akibatnya ibukota Somba Opu semakin ramai dan semarak menjadi ajang tawar â menawar perdagangan. Dan oleh sebab itu juga Somba Opu menjadi incaran utama pedagang â pedagang dari Eropa untuk mendapatkan modal yang bangkrutnya VOC yaitu disebabkan karena mereka lagi berperang dengan Malaka. Sejak jatuhnya kerajaan Malaka ke tangan kompeni banyak pedagang asing yang merupakan saingan kompeni membangun ,usaha di Makassar yang merupakan pusat perdagangan. Melihat kejayaan kerajaan Makassar. Kompeni berniat hendak mematikan usaha â usaha dagang yang sungguh sangat maju dan semarak itu. Kompeni tidak tahan melihat perdagangan Cengkeh hasil dari Kepulauan Maluku yang di usahakan pedagang â pedagang Spanyol, Portugis, Inggris dan bangsa lain â lain berjalan sangat pesat di Somba Opu yang merupakan sebagai pelabuhan transito. Pada tahun 1637 terjadi peperangan antara pedagang â pedagang asing alinasi Portugis, Inggris, Spanyol, Denmark dan Francis dengan Belanda karena mereka menilai Belanda telah merusak tata niaga perdagangan dan menentang prinsip â prinsip Perjanjian Eropa West Phalia dan Perjanjian Hiderabat. Sultan Hasanuddin yang merupakan raja dari Kerajaan Makassar pada saat itu membantu aliansi Eropa melawan Belanda dalam perang. Akibatnya kompeni Belanda terdesak di beberapa wilayah di Maluku dan Selat Makassar. Bantuan Raja Sultan Hasanuddin dipandang sebagai perang terbuka oleh kompeni. Akibatnya Belanda lebih mengkonsentrasikan diri untuk merebut kota dagang Somba Opu. Terjadilah peperangan selama puluhan tahun, namun pada akhir tahun 1667 Kerajaan Makassar menyerah maka raja Sultan Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian adanya daerah kekuasaan Makasar yang luas tersebut, maka seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasanuddin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone daerah kekuasaan Makasar. Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar. Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan dari perjanjian Bongaya antara laina. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Aru Palaka diakui sebagai raja perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba putra Hasannudin meneruskan perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya. Perang Makasar 1666-1668 sebenarnya dipicu oleh perang dagang antara Kerajaan Makasar yang menjadikan pelabuhannya bebas dikunjungi oleh kapal-kapal dari Eropa ataupun dari Asia dan Nusantara, dengan pihak VOC yang ingin memaksakan monopoli. Pelabuhan Makasar dianggap menyaingi perniagaan VOC. Keinginan VOC untuk mengontrol jalur perniagaan laut, ditolak oleh Sultan Hasanuddin. Dalam kebudayaan bahari yang dimiliki oleh orang Makasar, mereka memiliki filosofi bahwa secara umum laut adalah milik bersama, siapapun boleh melayarinya. Permintaan VOC agar Sultan menerima monopoli perdagangan di Makasar itolak oleh Sultan Hasanuddin. Bahkan Sultan mengatakanâTuhan telah menciptakan bumi dan lautan, telah membagi-bagi daratan di antara umat manusia. Tetapi mengaruniakan laut untuk semuanya. Tak pernah kedengaran larangan buat siapapun untuk mengarungi lautan.âJawaban ini meneguhkan semangat orang-orang Makasar untuk melawan tindakan yang memaksakan kehendak, padahal sudah sejak lama, perniagaan laut di Asia Tenggara ini berjalan dengan sistem pasar bebas. Pihak penguasa hanya mengontrol keamanan laut dan pelabuhan dengan menarik cukai atas bermacam mata dagangan. Bahkan para penguasa juga menjadi kaya karena menjadi juragan atau pemilik kapal- kapal dagang. Namun sejak kekalahan dalam Perang Makasar banyak bangsawan, saudagar, dan pelaut Makasar yang meninggalkan kampung halamannya pergi merantau ke seluruh kepulauan itu sebagaian besar bangsawan Bugis di Wajo yang menjadi sekutu Kerajaan Gowa-Tallo juga melakukan pengungsian setelah ibukota kerajaan di Tosora dihancurkan oleh VOC. Peperangan yang terjadi kemudian pada pertengahan abad ke 18 antara Kerajaan Bone melawan Kerajaan Gowa-Tallo dan Kerajaan Wajo juga makin menambah besar jumlah penduduk yang mengungsi. Namun para pengungsi Makasar dan Bugis generasi awal telah beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya. Kebanyakan orang Bugis kemudian menetap di wilayah kepulauan Riau dan Semenanjung Malaya, sementara orang Makasar di Jawa dan Madura. Sedangkan dalam jumlah kecil mereka menyebar hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Dalam proses awal adaptasi, Andaya melihat bahwa para pengungsi Makasar awalnya mengalami kegagalan karena sifat mereka terus memusuhi VOC, sehingga di Jawa Timur, Karaeng Galengsung dan pengikutnya, mendukung pemberontakan Trunojoyo melawan Mataram dan VOC, yang pada akhirnya mengalami kekalahan pada tahun 1679. Hal yang sama juga terjadi di Banten ketika Karaeng Bontomarannu tiba di Banten dengan 800 orang pengikutnya dan mendapatkan tempat tinggal dari SultanBanten, sampai kemudiaan ditinggalkan akibat perang antara VOC dan Banten tahun menurut Andaya, para pengungsi dari Bugis tidak memposisikan sebagai musuh VOC dengan tidak mendukung perlawanan penguasa setempat terhadap VOC. Sehingga orang-orang Bugis ini relatif tidak dicurigai oleh VOC. Para bangsawan Bugis dan pengikutnya yang berada di tanah Semenanjung Malaya justru diminta bantuan oleh Sultan Johor, Abd al-Jalil untuk melawan saingannya, Raja Kecik, yang ingin merebut tahta dengan bantuan Orang Laut. Setelah musuhnya berhasil dikalahkan, Sultan memberikan daerah kepulauan Riau sebagai tempat tinggal orang-orang Bugis. Pada abad ke-18, para bangsawan Bugis ini kemudian membentuk kerajaan yang otonom di kepulauan antara rakyat Makassar dengan VOC terjadi. Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja Bone Aru Palaka dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh Spleeman. Pasukan Arung Palakka mendarat din Bonthain dan berhasil mendorog suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Arung Palakka. Membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap disahkannya perjanjian Bongaya, maka Rakyat Gowa merasa sangat dirugikan oleh karena itu perangpun kembali berkecamuk. Pertempuran hebat itu membuat Belanda cemas, sehingga menambah bala bantuan dari batavia. Dalam pertempuran dahsyat pada bulan Juni 1669 yang cukup banyak menelan korban di kedua belah pihak, akhirnya Belanda berhasil merebut benteng pertahanan yang paling kuat di Somba Opu. Benteng Somba Opu diduduki Belanda sejak 12 Juni 1669 dan kemudian dihancurkan, setelah pasukan Gowa mempertahankannya dengan gagah berani. Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya sendiri Bone yang dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap perekonomian Gowa. Sejak kekalahan Gowa dengan Belanda terutama setelah hancurnya benteng Somba Opu, maka sejak itu pula keagungan Gowa yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya akhirnya mengalami kemunduran. Akibat perjanjian Bongaya, pada tahun 1667 sultan Hasanuddin Tunduk. Dalam perjanjian itu, nyatalah kekalahan Makassar. Pardagangannya telah habis dan negeri-negeri yang ditaklukkannya harus dilepaskan. Apalagi sejak Arung Palakka menaklukkan hampir seluruh daratan Sulawesi Selatan dan berkedudukan di Makassar, maka banyak orang Bugis yang pindah di Makassar. Sejak itu pula penjajahan Belanda mulai tertanam secara penuh di Indonesia. Makassar, sebagai ibukota kerajaan Gowa mengalami pengalihan-pengalihan baik dari segi penguasaan maupun perkembangan-perkembangannya. Pengaruh kekuasaan gowa makin lama makin tidak terasa di kalangan penduduk Makassar yang kebanyakan pengikut Aru Palaka dan Belanda . benteng Somba Opu yang selama ini menjadi pusat politik menjadi kosong dan sepi. Pemerintahan kerajaan Gowa yang telah mengundurkan diri dari Makassar Yang berada dalam masa peralihan ke Kalegowa dan Maccini Sombala tidak dapat dalam waktu yang cepat memulihkan diri untuk menciptakan stabilitas dalam negeri. Namun demikian Sultan Hasanuddin telah menunjukkan perjuangannya yang begitu gigih untuk membela tanah air dari cengkraman penjajah. Akibat lain dari perjanjian ini adalah semua hubungan dengan orang-orang Makassar di daerah ini harus diputuskan. Bagi VOC, orang-orang Makassar merupakan para pengacau dan penyulut kekacauan karena hubungan Sumbawa dan Makassar yang telah berjalan lama. Pada 1695, orang-orang Makassar melakukan pelarian dalam jumlah besar ke daerah Manggarai. Bahkan, perpindahan orang-orang Makassar itu telah berlangsung sejak 1669, setelah Kerajaan Gowa ditaklukkan VOC dan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya pada ini meneguhkan semangat orang-orang Makasar untuk melawan tindakan yang memaksakan kehendak, padahal sudah sejak lama, perniagaan laut di Asia Tenggara ini berjalan dengan sistem pasar bebas. Pihak penguasa hanya mengontrol keamanan laut dan pelabuhan dengan menarik cukai atas bermacam mata dagangan. Bahkan para penguasa juga menjadi kaya karena menjadi juragan atau pemilik kapal- kapal dagang. Namun sejak kekalahan dalam Perang Makasar banyak bangsawan, saudagar, dan pelaut Makasar yang meninggalkan kampung halamannya pergi merantau ke seluruh kepulauan itu sebagaian besar bangsawan Bugis di Wajo yang menjadi sekutu Kerajaan Gowa-Tallo juga melakukan pengungsian setelah ibukota kerajaan di Tosora dihancurkan oleh VOC. Peperangan yang terjadi kemudian pada pertengahan abad ke 18 antara Kerajaan Bone melawan Kerajaan Gowa-Tallo dan Kerajaan Wajo juga makin menambah besar jumlah penduduk yang mengungsi. Namun para pengungsi Makasar dan Bugis generasi awal telah beradaptasi dengan baik di lingkungan barunya. Kebanyakan orang Bugis kemudian menetap di wilayah kepulauan Riau dan Semenanjung Malaya, sementara orang Makasar di Jawa dan Madura. Sedangkan dalam jumlah kecil mereka menyebar hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Dalam proses awal adaptasi, Andaya melihat bahwa para pengungsi Makasar awalnya mengalami kegagalan karena sifat mereka terus memusuhi VOC, sehingga di Jawa Timur, Karaeng Galengsung dan pengikutnya, mendukung pemberontakan Trunojoyo melawan Mataram dan VOC, yang pada akhirnya mengalami kekalahan pada tahun 1679. Hal yang sama juga terjadi di Banten ketika Karaeng Bontomarannu tiba di Banten dengan 800 orang pengikutnya dan mendapatkan tempat tinggal dari SultanBanten, sampai kemudiaan ditinggalkan akibat perang antara VOC dan Banten tahun menurut Andaya, para pengungsi dari Bugis tidak memposisikan sebagai musuh VOC dengan tidak mendukung perlawanan penguasa setempat terhadap VOC. Sehingga orang-orang Bugis ini relatif tidak dicurigai oleh VOC. Para bangsawan Bugis dan pengikutnya yang berada di tanah Semenanjung Malaya justru diminta bantuan oleh Sultan Johor, Abd al-Jalil untuk melawan saingannya, Raja Kecik, yang ingin merebut tahta dengan bantuan Orang Laut. Setelah musuhnya berhasil dikalahkan, Sultan memberikan daerah kepulauan Riau sebagai tempat tinggal orang-orang Bugis. Pada abad ke-18, para bangsawan Bugis ini kemudian membentuk kerajaan yang otonom di kepulauan antara rakyat Makassar dengan VOC terjadi. Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja Bone Arung Palakka dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh Spleeman. Pasukan Arung Palakka mendarat din Bonthain dan berhasil mendorog suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Arung Palakka. Membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap disahkannya perjanjian Bongaya, maka Rakyat Gowa merasa sangat dirugikan oleh karena itu perangpun kembali berkecamuk. Pertempuran hebat itu membuat Belanda cemas, sehingga menambah bala bantuan dari batavia. Dalam pertempuran dahsyat pada bulan Juni 1669 yang cukup banyak menelan korban di kedua belah pihak, akhirnya Belanda berhasil merebut benteng pertahanan yang paling kuat di Somba Opu. Benteng Somba Opu diduduki Belanda sejak 12 Juni 1669 dan kemudian dihancurkan, setelah pasukan Gowa mempertahankannya dengan gagah berani. Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya sendiri Bone yang dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap perekonomian Gowa. Sejak kekalahan Gowa dengan Belanda terutama setelah hancurnya benteng Somba Opu, maka sejak itu pula keagungan Gowa yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya akhirnya mengalami kemunduran. Akibat perjanjian Bongaya, pada tahun 1667 sultan Hasanuddin Tunduk. Dalam perjanjian itu, nyatalah kekalahan Makassar. Pardagangannya telah habis dan negeri-negeri yang ditaklukkannya harus dilepaskan. Apalagi sejak Arung Palakka menaklukkan hampir seluruh daratan Sulawesi Selatan dan berkedudukan di Makassar, maka banyak orang Bugis yang pindah di Makassar. Sejak itu pula penjajahan Belanda mulai tertanam secara penuh di Indonesia. Makassar, sebagai ibukota kerajaan Gowa mengalami pengalihan-pengalihan baik dari segi penguasaan maupun perkembangan-perkembangannya. Pengaruh kekuasaan gowa makin lama makin tidak terasa di kalangan penduduk Makassar yang kebanyakan pengikut Arung Palakka dan Belanda . benteng Somba Opu yang selama ini menjadi pusat politik menjadi kosong dan sepi. Pemerintahan kerajaan Gowa yang telah mengundurkan diri dari Makassar Yang berada dalam masa peralihan ke Kalegowa dan Maccini Sombala tidak dapat dalam waktu yang cepat memulihkan diri untuk menciptakan stabilitas dalam negeri. Namun demikian Sultan Hasanuddin telah menunjukkan perjuangannya yang begitu gigih untuk membela tanah air dari cengkraman penjajah.
makassar dengan cepat tampil sebagai salah satu pusat perdagangan